Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh akhi wa ukhti fillah. Bergabung kembali dengan Blog Rohis Smankrap. Bagaimana kabarnya sekar...
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh akhi wa ukhti fillah. Bergabung kembali dengan Blog Rohis Smankrap. Bagaimana kabarnya sekarang? Semoga tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.
Pada artikel kali ini, Rohis Smankrap akan membahas tentang cara menilai kesalehan kematangan akal, dan akhlak seseorang. Nah kira-kira sudah pada tahu belum ya sahabat fillah?
Untuk lebih lengkapnya simak artikel berikut ini......
Beginilah cara mengetahui kesalehan, kematangan akal, hingga akhlak seseorang. Ternyata semuanya kembali pada AKHLAK.
Syaikh Prof. Dr. Sa’ad Al-Khatslan di status twitter “@saad_alkhathlan”
إذا أردت أن تعرف صلاح إنسان فانظر إلى كيفية تعامله مع غيره بالدرهم والدينار. ..
وإذا أردت أن تعرف عقل إنسان فانظر إلى كيفية محاورته مع من يخالفه وكيف يتصرف إذا غضب؟ .. وإذا أردت أن تعرف أخلاق إنسان فانظر إلى كيفية تعامله مع العمال والخدم والفقراء والمساكين
Jika engkau ingin mengetahui KESALEHAN seseorang, lihatlah saat ia berurusan uang dengan orang lain.
Jika engkau ingin mengetahui KEMATANGAN AKAL seseorang, lihatlah bagaimana ia berdebat dengan lawan dan bagaimana saat ia emosi.
Jika engkau ingin mengetahui AKHLAK seseorang, lihatlah bagaimana ia berinteraksi dengan bawahan, pembantu, dan orang miskin.
Perhatikan tiga hadits berikut:
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا شَىْءٌ أَثْقَلُ فِى مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيَبْغَضُ الْفَاحِشَ الْبَذِىءَ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor.” (HR. Tirmidzi, no. 2002. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Alih-alih hawa nafsu, rasa ikhlas merupakan sesuatu yang ideal bersemayam di hati seorang hamba Allah. Untuk mencapai taraf keikhlasan, perlu perjuangan yang ekstra-besar. Ibnu‘Athaillah menjelaskan, “Betapa beratnya ibadah yang dikerjakan tanpa dilihat orang. Sebaliknya, betapa ringannya suatu ibadah dilakukan ketika dilihat, dipuji, dan disanjung oleh orang.”
Maka dari itu, cara terbaik untuk mendukung seorang Muslim bukanlah dengan menyiarkan ibadah-ibadah yang dilakukannya, sehingga orang memuji atau menyanjungnya. Cara terbaik untuk menyokong perjuangannya dalam meraih keikhlasan adalah mendoakannya.
Berdoalah, semoga Allah menetapkan hati yang bersangkutan pada iman dan Islam sampai akhir hayatnya. Berharaplah, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, sehingga perjuangannya mencapai taraf keikhlasan dapat berhasil.
Mengapa perjuangan itu harus didukung? Setiap Muslim pada dasarnya bersaudara. Seorang saudara yang baik tidak akan tega melihat sesamanya jatuh ke dalam bahaya dosa besar.
Alhamdulillah kita telah sampai di akhir artikel kali ini , sedikit yang bisa kami sampaikan semoga bisa memberi manfaat untuk kita semua, bila ada salah kata mohon di maafkan.
Jazakumullahu khairan katsiran, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
COMMENTS