RohisSmankrap - Isra’ mi’raj merupakan salah satu hari bersejarah umat islam. Di sini rohissmankrap mengajak kita untuk belajar bareng...
RohisSmankrap - Isra’ mi’raj merupakan salah satu hari bersejarah umat islam. Di sini rohissmankrap mengajak kita untuk belajar bareng, mulai dari apa itu isra’, apa itu mi’raj, peristiwanya, kapan terjadinya, sampai hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa isra miraj secara lengkap.
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh NabiAllah Muhammad SAW hanya dalam waktu satu malam. Peristiwa ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan perintah untuk menunaikan sholat lima waktu sehari semalam.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis).” (QS. Al-Isra: 1)
Kapan isra’ mi’raj itu?
Ada yang meyakini Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 621 Masehi. Dan pada saat itu umur Nabi Muhammad SAW. adalah 51 tahun.
Namun pendapat-pendapat lain menyebutkan :
1. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nubuwah (kenabian). Ini adalah pendapat Imam Ath Thabari rahimahullah.
1. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nubuwah (kenabian). Ini adalah pendapat Imam Ath Thabari rahimahullah.
2. Perisitiwa tersebut terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. Ini adalah pendapat yang dirajihkan oleh Imam An Nawawi dan Al Qurthubi rahimahumallah.
3. Peristiwa tersebut terjadi pada malam tanggal dua puluh tujuh Bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian. Ini adalah pendapat Al Allamah Al Manshurfuri rahimahullah.
4. Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
5. Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
6. Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas setelah kenabian.
Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri hafidzahullah menjelaskan : “Tiga pendapat pertama tertolak. Alasannya karena Khadijah radhiyallahu ‘anha meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh setelah kenabian, sementara ketika beliau meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu. Juga tidak ada perbedaan pendapat bahwa diwajibkannya shalat lima waktu adalah pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj. Sedangakan tiga pendapat lainnya, aku tidak mengetahui mana yang lebih rajih. Namun jika dilihat dari kandungan surat Al Isra’ menunjukkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada masa-masa akhir sebelum hijrah.”
Nah, Dari semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Isra` dan Mi’raj tidak diketahui secara pasti pada kapan waktu terjadinya. Ini menunjukkan bahwa mengetahui kapan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj bukanlah suatu hal yang penting. Lagipula, tidak terdapat sedikitpun faedah keagamaan dengan mengetahuinya. Seandainya ada faidahnya maka pasti Allah SWT. akan menjelaskannya kepada kita. Maka memastikan kejadian Isra’ Mi’raj terjadi pada Bulan Rajab adalah suatu kekeliruan. Wallahu ‘alam..
Isra’ itu apa sih?
Isra’ adalah perjalanan yang dilakukan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Yang jarak antara kedua masjid itu adalah 1239 Km.
Mustahil manusia bisa melakukan perjalanan sejauh itu dalam waktu satu malam?
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ketika Allah sudah berkehendak, kita bisa apa? Kun Fayakun, semua yang dikehendaki Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka akan terjadi. Terlebih lagi Rasulullah melakukan perjalanan dengan menaiki Buraq ditemani malaikat Jibril A.S dan malaikat Israfil A.S.
Apa itu Buraq?
Buraq adalah hewan seperti kuda tetapi lebih kecil, lebih besar dari keledai, memiliki sayap, berwarna putih. Ada juga yang bilang putih mengkilat, ukurannya panjang, dan sekali melangkah kaki jarak yang ditempuh bisa sejauh mata memandang.
Apa itu Mi’raj?
Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah SAW. dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan Rasulullah bertemu dengan Nabi-nabi pada setiap langit sampai langit ketujuh, Diantaranya :
Nabi Adam A.S di langit pertama
Nabi Isa A.S dan Nabi Yahya A.S di lagit kedua
Nabi Yusuf A.S di lagit ketiga
Nabi Idris A.S di lagit keempat
Nabi Harun A.S di langit kelima
Nabi Musa A.S di lagit keenam
Nabi Ibrahin A.S di langit ketujuh
Kemudian Rasulullah S.A.W naik ke Sidratul Muntaha untuk bertemu dengan Allah SWT.
Rasulullah bersabda : “Allah memerintahkan shalat sebanyak 50 waktu sebagai kewajiban atasku dan umatku.”
Setelah menerima perintah tersebut, Nabi Muhammad S.A.W kembali berpapasan dengan Nabi Musa A.S. Nabi Musa A.S bertanya : “Apa yang diwajibkan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Nabi Muhammad S.A.W menjawab : “Sholat sebanyak 50 waktu.”
Nabi Musa berkata, “Kembalilah menghadap Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.” Maka Nabi Muhammad kembali, kemudian meminta keringan pada Allah S.W.T seperti yang disarankan oleh Nabi Musa A.S. Kemudian Allah memberikan keringanan sehingga jumlahnya menjadi separuhnya.
Setelah itu Nabi Muhammad S.A.W kembali bertemu dengan Nabi Musa A.S. Nabi Musa A.S kembali menyarankan Nabi Muhammad S.A.W agar meminta keringanan kepada Allah untuk yang kedua kalinya. “Kembalilah kepada Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.”
Lalu Nabi Muhammad S.A.W kembali menemui Allah S.W.T untuk memohon keringanan. Allah memberi keringanan menjadi lima waktu. Allah berfirman: “Inilah lima waktu shalat yang wajib, nilainya sama dengan lima puluh waktu dan kalam-Ku tidak dapat berubah lagi.”
Nabi Sallahu ‘Alaihi Wassalam bertemu lagi dengan Nabi Musa A.S dan lagi-lagi Nabi Musa A.S meminta Nabi Muhammad S.A.W agar meminta keringanan untuk ketiga kalinya. Tetapi kali ini Nabi Muhammad S.A.W tidak menemui Allah untuk memohon keringaan yang kesekian kalinya seperti yang disarankan Nabi Musa A.S. Nabi Muhammad S.A.W berkata : “Aku sangat malu bertemu Tuhanku.”
Setelah itu, Jibril membawa Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha yang diselimuti berbagai warna yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Kemudian NabiAllah Muhammad S.A.W diizinkan untuk masuk kedalam surga, di dalamnya ditemukan tembok-tembok kecil yang terbuat dari mutiara dan tanahnya mengeluarkan wangi kesturi.” (HR. Bukhari).
Nabi Musa berkata, “Kembalilah menghadap Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.” Maka Nabi Muhammad kembali, kemudian meminta keringan pada Allah S.W.T seperti yang disarankan oleh Nabi Musa A.S. Kemudian Allah memberikan keringanan sehingga jumlahnya menjadi separuhnya.
Setelah itu Nabi Muhammad S.A.W kembali bertemu dengan Nabi Musa A.S. Nabi Musa A.S kembali menyarankan Nabi Muhammad S.A.W agar meminta keringanan kepada Allah untuk yang kedua kalinya. “Kembalilah kepada Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.”
Lalu Nabi Muhammad S.A.W kembali menemui Allah S.W.T untuk memohon keringanan. Allah memberi keringanan menjadi lima waktu. Allah berfirman: “Inilah lima waktu shalat yang wajib, nilainya sama dengan lima puluh waktu dan kalam-Ku tidak dapat berubah lagi.”
Nabi Sallahu ‘Alaihi Wassalam bertemu lagi dengan Nabi Musa A.S dan lagi-lagi Nabi Musa A.S meminta Nabi Muhammad S.A.W agar meminta keringanan untuk ketiga kalinya. Tetapi kali ini Nabi Muhammad S.A.W tidak menemui Allah untuk memohon keringaan yang kesekian kalinya seperti yang disarankan Nabi Musa A.S. Nabi Muhammad S.A.W berkata : “Aku sangat malu bertemu Tuhanku.”
Setelah itu, Jibril membawa Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha yang diselimuti berbagai warna yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Kemudian NabiAllah Muhammad S.A.W diizinkan untuk masuk kedalam surga, di dalamnya ditemukan tembok-tembok kecil yang terbuat dari mutiara dan tanahnya mengeluarkan wangi kesturi.” (HR. Bukhari).
Melihat penghuni neraka
Dalam Mi’rajnya, Rasulullah melihat suatu kaum memotong-motong lidah dan bibirnya sendiri dengan menggunakan gunting dari besi. Setiap kali lidah dan bibirnya terpotong, setiapkali itu pula bibir dan lidahnya kembali seperti sediakala, lalu dipotong lagi demikian seterusnya. Rasulullah bertanya kepada Jibril, siapa mereka? Jibril menjawab, mereka adalah penceramah dan ahli pidato fitnah yang kerjaannya menyuruh orang mengerjakan sesuatu, tapi mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka orang yang suka ceramah, tapi tidak sesuai dengan kata dan perbuatannya.
Kemudian, Rasulullah S.A.W melihat seekor banteng berukuran besar keluar dari dalam perut yang besar, lalu banteng itu ingin masuk lagi, tapi tak bisa, Rasulullah terheran-heran. Beliau bertanya kepada Jibril dan dijawab, “Ia adalah perumpaan seorang yang berjanji dan bersumpah, tapi tak mampu ditunaikan.”
Rasulullah juga melihat suatu kaum berenang di lautan darah. Mereka berenang di sana dan memakan batu-batuan ke dalam mulutnya. Rasulullah bertanya kepada Jibril. lalu dijawab, “Mereka adalah pemakan uang riba.”
Kemudian Rasulullah melihat orang-orang meninggalkan daging segar dan malah mengerumuni daging busuk. Rasulullah bertanya kepada Jibril, siapa mereka? Jibril menjawab, “Mereka adalah para pezina. Lelaki yang mempunyai istri halal dan sehat, tetapi ditinggalkan dan mencari perempuan haram yang berpenyakit. Begitu pula sebaliknya, perempuan yang mempunyai suami yang halal dan sehat, tapi dia mencari lelaki yang haram di jalan.”
Tak lama kemudian, Rasulullah melihat seorang lelaki sedang memikul barang yang tidak mampu dipikulnya, namun orang itu masih menambah pikulannya itu dengan memasukkan barang-barang lain. Rasulullah bertanya tentang orang itu, dan Jibril menjawab, “Ia adalah orang yang sedang membawa amanat meskipun tidak sanggup ditunaikan. Bebannya sudah berat, ia tambah lagi dengan amanat yang baru.”
Kemudian, Rasulullah S.A.W melihat seekor banteng berukuran besar keluar dari dalam perut yang besar, lalu banteng itu ingin masuk lagi, tapi tak bisa, Rasulullah terheran-heran. Beliau bertanya kepada Jibril dan dijawab, “Ia adalah perumpaan seorang yang berjanji dan bersumpah, tapi tak mampu ditunaikan.”
Rasulullah juga melihat suatu kaum berenang di lautan darah. Mereka berenang di sana dan memakan batu-batuan ke dalam mulutnya. Rasulullah bertanya kepada Jibril. lalu dijawab, “Mereka adalah pemakan uang riba.”
Kemudian Rasulullah melihat orang-orang meninggalkan daging segar dan malah mengerumuni daging busuk. Rasulullah bertanya kepada Jibril, siapa mereka? Jibril menjawab, “Mereka adalah para pezina. Lelaki yang mempunyai istri halal dan sehat, tetapi ditinggalkan dan mencari perempuan haram yang berpenyakit. Begitu pula sebaliknya, perempuan yang mempunyai suami yang halal dan sehat, tapi dia mencari lelaki yang haram di jalan.”
Tak lama kemudian, Rasulullah melihat seorang lelaki sedang memikul barang yang tidak mampu dipikulnya, namun orang itu masih menambah pikulannya itu dengan memasukkan barang-barang lain. Rasulullah bertanya tentang orang itu, dan Jibril menjawab, “Ia adalah orang yang sedang membawa amanat meskipun tidak sanggup ditunaikan. Bebannya sudah berat, ia tambah lagi dengan amanat yang baru.”
Siapa orang yang pertama kali mempercayai peristiwa isra’ mi’raj…..?
Ketika Rasulullah bercerita tentang peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, orang-orang disekitar Nabi Muhammad (yang tidak beriman), tidak mempercayainya, termasuk kedua paman Rasulullah sendiri yang bernama Abu Jahal dan Abu Lahab. Orang-orang kafir juga sering mengolok-olok beliau dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu gila, Nabi Muhammad itu mengada-ada, mana mungkin perjalanan yang begitu jauhnya, bahkan dengan memakai unta sekalipun masih membutuhkan waktu puluhan hari untuk sampai ke masjid Al-Aqsha, bagaimana bisa ditempuh hanya dalam jangka waktu satu malam? begitulah kira-kira ocehan orang-orang kafir yang tidak percaya terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj Nya Rasulullah.
Namun dari sekian orang yang tidak percaya tentang hal tersebut, ternyata ada salah satu sahabat yang langsung mempercayainya, yakni Abu Bakar, ketika dia ditanya oleh salah seorang, apakah dia percaya tentang hal tersebut, Abu Bakar langsung berkata “Aku mempercayainya tentang hal-hal lebih jauh dan lebih aneh dari itu”, dan beliaulah sahabat yang pertama kali mempercayai dan membenarkan akan peristiwa Isra' Mi'raj Rasulullah, sampai akhirnya beliau memperoleh gelar As - Shidiq yang berarti jujur atau benar.
Merayakan isra’ mi’raj bolehkah?
Nabi Muhammad adalah seorang al-amin (yang terpercaya) serta memiliki sifat amanah. Dengan sifat inilah, beliau telah menyampaikan seluruh risalah dan syari’at Allah subhanahu wata’ala kepada umat ini dengan lengkap dan sempurna. Tidak ada satu kebaikan pun, kecuali pasti telah beliau ajarkan kepada umatnya. Dan tidak ada satu kejelekan pun, kecuali pasti telah beliau peringatkan dan beliau larang umatnya untuk mengerjakannya.
Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj itu bagian dari risalah dan syari’at Allah SWT. pasti beliau sudah ajarkan kepada umatnya. Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj merupakan amalan yang baik, maka NabiAllah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beserta para shahabatnya adalah orang-orang pertama yang mengadakan acara tersebut. Benar bukan? Demikian pula para ulama generasi berikutnya yang mengikuti dan meneladani mereka, semuanya akan mengadakan perayaan-perayaan khusus untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentunya.
Dari situ, dapat diambil kesimpulan bahwa acara peringatan Isra’ Mi’raj, dalam bentuk apapun acara tersebut dikemas, merupakan amalan bid’ah, sebuah kemungkaran, dan perbuatan maksiat, alsan logisnya diantaranya :
1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri tidak pernah merayakannya atau memerintahkan kepada umatnya untuk merayakannya.
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهْوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan termasuk urusan (syari’at) kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj itu bagian dari risalah dan syari’at Allah SWT. pasti beliau sudah ajarkan kepada umatnya. Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj merupakan amalan yang baik, maka NabiAllah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beserta para shahabatnya adalah orang-orang pertama yang mengadakan acara tersebut. Benar bukan? Demikian pula para ulama generasi berikutnya yang mengikuti dan meneladani mereka, semuanya akan mengadakan perayaan-perayaan khusus untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentunya.
Dari situ, dapat diambil kesimpulan bahwa acara peringatan Isra’ Mi’raj, dalam bentuk apapun acara tersebut dikemas, merupakan amalan bid’ah, sebuah kemungkaran, dan perbuatan maksiat, alsan logisnya diantaranya :
1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri tidak pernah merayakannya atau memerintahkan kepada umatnya untuk merayakannya.
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهْوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan termasuk urusan (syari’at) kami, maka amalan tersebut tertolak.”
(HR. Muslim)
Nah, agar amalan-amalan yang kita lakukan tidak termasuk dalam bit’ah atau perkara mengada-ngada, yuk kita baca :
Qobulul 'Ibadah atau ibadah yang diterima agar ibadah yang kita lakukan tidak siA-siaB.
2. Abu Bakar, Utsman, Umar, Ali dan seluruh shahabat radhiyallahu ‘anhum tidak pernah merayakannya. Demikian pula para tabi’in seperti Sa’id bin Al-Musayyib, Hasan Al-Bashri, dan yang lainnya.
3. Para ulama yang setelah mereka, baik itu imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad), Al-Bukhari, Muslim, An-Nawawi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, Ibnul Qayyim, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, dan yang lainnya hingga para ulama zamaman now ini, Mereka semua tidak pernah merayakannya, apalagi menganjurkan kaum muslimin untuk mengadakan peringatan tersebut. Tidak didapati satu kalimatpun dalam kitab-kitab mereka yang menunjukkan disyari’atkannya peringatan Isra’ Mi’raj.
Hikmah peristiwa isra’ mi’raj
1. Peristiwa Isra’ Mi’raj benar adanya.
2. Saat melakukan isra’ NabiAllah Muhammad SAW. pernah bertemu para Nabi salah satunya Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.
3. Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ Mi’raj didampingi oleh malaikat Jibril.
4. Umat Rasulullah diajarkan oleh Nabi Ibrahim satu kalimat yang menjadi tanaman di surga, menjadikan tanahnya di surga subur dan luas, yaitu kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah).
5. Makna kalimat laa hawla wa laa quwwata illa billah menunjukkan sifat tawakkal dalam menjauhi maksiat dan melakukan ketaatan, semuanya dimudahkan hanya dengan pertolongan Allah.
Penutup
Begitu besar perjuangan Rasulullah Sholallahu ‘Alalai Wasllam untuk umatNya (kita semua). Sekarang gini, coba kita diminta sholat 50 waktu? Jelas kita tidak akan sanggup melaksanakannya. Nah sekarang kita diwajibkan sholat fardu 5 waktu, masih keberatan? Ahh… jangan males-malesan. Udah ngga jaman. Buat yang masih males, ini nih, disarankan baca :
Tanpa Allah Subhanahu Wata’ala kita bisa apa?
Sekian, semoga bermanfaat, apabila ada kesalahan mohon untuk dibenarkan. Silahkan komen-komen di bawah ↓↓
Referensi : dari berbagai sumber
COMMENTS